Childfree, Tren Lama yang Kembali Booming
loading...
A
A
A
JAKARTA - Isu childfree akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat publik. Meskipun istilah itu sudah ada sejak dulu, namun sebutan childfree belakangan kembali booming.
Direktur MNC Life Risye Dilianti mengungkapkan, childfree merupakan pilihan. Apalagi istilah childfree sebenarnya sudah cukup populer di beberapa negara selain Indonesia, salah satunya di Jepang.
“Ya itu pilihan ya. Jadi mau childfree atau nggak kek. Sebenarnya kalau aku lihat ya, childfree ini udah lama ya. Jadi di Jepang itu udah terbiasa,” kata Risye dalam Podcast Aksi Nyata di kanal YouTube Partai Perindo, Sabtu (25/2/2023).
“Karena di Jepang tanah mahal, jadi rumahnya kecil-kecil tuh dan dibangun ke atas. Jadi kalau harus punya anak, harus punya extra space untuk anak. Jadi mereka prefer untuk tidak punya anak,” lanjutnya.
Risye melanjutkan, pemerintah Jepang khawatir akan masa depan negaranya bila angka pernikahan dan kelahiran terus menurun. Situasi ini menyiratkan kuatnya tantangan bagi pasangan yang sekiranya memilih untuk childfree.
Terlebih, konsep childfree membuat Jepang mengalami resesi jumlah penduduk. Namun, di luar sisi kontranya itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa masyarakat yang memilih childfree secara sukarela mayoritas berpendidikan baik, dengan sedikit waktu luang dan memiliki prioritas lain, seperti hubungan dan karier.
“Dan mereka itu kan lagi resesi. Jadi resesi jumlah penduduk, karena mereka tidak mau punya anak. Jadi generasi mudanya pertumbuhannya menurun,” ungkap Risye.
“Kita itu ingin memberikan fasilitas yang komplet untuk anak-anak kita. Kita ingin mereka nggak sesusah kita dulu yang harus berjuang. Jadi kita tuh secara tidak langsung memberikan privilege kepada anak-anak kita,” pungkasnya.
Direktur MNC Life Risye Dilianti mengungkapkan, childfree merupakan pilihan. Apalagi istilah childfree sebenarnya sudah cukup populer di beberapa negara selain Indonesia, salah satunya di Jepang.
“Ya itu pilihan ya. Jadi mau childfree atau nggak kek. Sebenarnya kalau aku lihat ya, childfree ini udah lama ya. Jadi di Jepang itu udah terbiasa,” kata Risye dalam Podcast Aksi Nyata di kanal YouTube Partai Perindo, Sabtu (25/2/2023).
“Karena di Jepang tanah mahal, jadi rumahnya kecil-kecil tuh dan dibangun ke atas. Jadi kalau harus punya anak, harus punya extra space untuk anak. Jadi mereka prefer untuk tidak punya anak,” lanjutnya.
Risye melanjutkan, pemerintah Jepang khawatir akan masa depan negaranya bila angka pernikahan dan kelahiran terus menurun. Situasi ini menyiratkan kuatnya tantangan bagi pasangan yang sekiranya memilih untuk childfree.
Terlebih, konsep childfree membuat Jepang mengalami resesi jumlah penduduk. Namun, di luar sisi kontranya itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa masyarakat yang memilih childfree secara sukarela mayoritas berpendidikan baik, dengan sedikit waktu luang dan memiliki prioritas lain, seperti hubungan dan karier.
“Dan mereka itu kan lagi resesi. Jadi resesi jumlah penduduk, karena mereka tidak mau punya anak. Jadi generasi mudanya pertumbuhannya menurun,” ungkap Risye.
“Kita itu ingin memberikan fasilitas yang komplet untuk anak-anak kita. Kita ingin mereka nggak sesusah kita dulu yang harus berjuang. Jadi kita tuh secara tidak langsung memberikan privilege kepada anak-anak kita,” pungkasnya.
(tsa)